Selasa, 15 November 2011

Pneumatologi Tao


Agama Tao merupakan salah satu agama yang muncul dan berkembang di benua Asia khususnya wilayah Asia Timur. Agama ini muncul berasal dari seseorang bernama Lao Tzu yang diperkirakan lahir kira-kira tahun 640 SM. (Huston Smith, 2001: 231) Tidak banyak yang diketahui mengenai sosok Lao Tzu ini karena nama Lao Tzu sendiri memiliki arti lebih kurang adalah “Sang Guru Tua”. Hal ini menunjukkan bahwa nama ini merupakan sebuah gelar penghormatan yang diberikan pada dirinya. Di kemudian hari Lao Tzu menulis sebuah buku yang diberi judul Tao Te Ching yang berarti “Jalan Kebenaran. Di dalam buku inilah disampaikan dasar bagi seluruh pemikiran Tao. (Huston Smith, 2001: 232).

Salah satu konsep yang ada di dalam agama Tao adalah Ch’i. Menurut Kamus Besar Bahasa China-Indonesia kata Ch’i berarti gas, udara, nafas, semangat, jiwa. (Pustaka Bahasa Asing, 1995: 673) Sedangkan menurutk Lee kata Ch’i memiliki makna yang sama dengan kata “ruah” dalam bahasa Ibrani dan “pneuma” dalam bahasa Yunani. Makna yang sama juga ditemukan di dalam kata “prana” dalam bahasa Sansekerta yang berarti nafas – dalam hal ini nafas kehidupan. (Jung Young Lee, 1996: 96) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Ch’i dapat diartikan sebagai nafas, angin, roh atau jiwa. Tidak hanya itu, Ch’i juga memberikan kehidupan dan memelihara kehidupan manusia di dalam dunia.

Memahami, bukan sekadar menaati


Lukas 10: 25-37

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita pasti tidak asing dengan kata menaati dan memahami. Kalau kita lihat dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata menaati itu berasal dari kata “taat” yang berarti patuh, tunduk atas apa yang diperintahkan. Sedangkan kata memahami punya kata dasar “paham” yang berarti mengerti benar akan sesuatu. Suatu ketika, saya pernah berpergian dengan menggunakan ojek motor dan di dalam perjalanan tersebut kami melewati sebuah perempatan jalan yang lampu lalu lintasnya sedang berwarna hijau. Seketika nyala lampu lalu lintas itu berganti menjadi warna kuning.
Andaikan kita sedang berkendara dan mau melewati perempatan, dari jauh lampu lalu lintas terlihat masih hijau. Tapi ketika kita sudah dekat tiba-tiba lampu berubah menjadi kuning, dan kemudian merah maka apa yang akan kita lakukan? kebanyak orang bukan berhenti tapi merasa nanggung dan malah menambah kecepatan berniat menerobos lampu merah. Ketika kita menerobos lampu merah, tanpa disadari dari arah berlawanan atau dari arah samping yang kebetulan lampu hijau juga langsung tancap gas. Akibatnya kecelakaan pun terjadi. Atau ketika melihat lampu kuning yang justru dilakukan oleh banyak orang adalah tancap gas lebih dalam agar terhindar dari lampu merah. Dan itu juga yang dilakukan oleh tukang ojek saya tadi. Ia dengan segera tancap gas agar terhindar dari lampu merah. Padahal, dengan lampu kuning itu kita sedang diperingatkan agar hati-hati, kurangi kecepatan.
Dari cerita tersebut kita lihat banyak orang tidak memahami betul maksud dari lampu kuning tadi.

Selasa, 19 Juli 2011

Mama














by: IL Divo

Mama, thank you for who I am
Thank you for all the things I'm not
Forgive me for the words unsaid
For the times I forgot

Mama remember all my life
You showed me love, you sacrificed
Think of those young and early days
How I've changed along the way [along the way]

And I know you believed
And I know you had dreams
And I'm sorry it took all this time to see
That I am where I am because of your truth
And I miss you, yeah I miss you

Mama forgive the times you cried
Forgive me for not making right
All of the storms I may have caused
And I've been wrong, Dry your eyes [dry your eyes]

Cause I know you believed
And I know you had dreams
And I'm sorry it took all this time to see
That I am where I am because of your truth
And I miss you, I miss you

Mama I hope this makes you smile
I hope you're happy with my life
At peace with every choice I made
How I've changed along the way [along the way]

Cause I know you believed in all of my dreams
And I owe it all to you, Mama

Senin, 18 Juli 2011

Moses, From Zero to Hero

Keluaran 2:1-10


Kalau kita membaca Kitab Keluaran atau mendengar Kitab Keluaran apak yang langsung muncul di benak kita? Tentu yang kita ingat adalah penyelamatan umat Israel oleh Allah dari perbudakan di Mesir. Kita ingat bahwa orang-orang Israel ditindas di Mesir, salah satunya adalah ketika Firaun memerintahkan para bidan seperti Sifra dan Pua untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari perempuan Ibrani. Namun rencana itu gagal. Tidak sampai di situ, ternyata Firaun masih belum puas. Ia kemudian menyuruh orang untuk melemparkan semua anak laki-laki yang lahir ke dalam sungai. Tentu dengan harapan bahwa anak-anak laki-laki itu akan hanyut, tenggelam dan mati.
Selain itu, yang kita ingat dari kisah ini juga adalah sang pahlawan yang muncul. Sang pahlawan yang disebut “penyelamat dari air”. Itulah Musa yang kemudian menjadi pahlawan bagi bangsa Israel keluar dari penindasan bangsa Mesir.

Kejadian 2: 1-10 membicarakan bagaimana Musa lahir. Bukan mengenai proses kelahirannya, tetapi bagaimana keadaan saat Musa dilahirkan. Musa lahir di tengah-tengah kondisi yang dapat dikatakan kurang beruntung. Kita dapat coba bayangkan jika anak kita lahir di tengah-tengah keadaan perang misalnya, keadaan tidak kondusif, berbahaya bahkan mengancam keselamatan anak kita yang baru lahir. Bukan mustahil kita akan sedih. Kita akan bertanya-tanya, mengapa anak kita harus lahir di tengah-tengah kondisi seperti itu.

Mungkin saja hal itu juga dirasakan oleh Yokhebed, ibu Musa. Sebagai ibu tentu ia tidak tega anaknya yang baru dilahirkannya harus diambil dan dibuang ke sungai untuk dibunuh.