Kamis, 16 Februari 2012

Keberanian untuk taat dan setia

Kisah Daniel diawali dengan kisah penjajahan Babel – saat itu dipimpin oleh Nebukadnezar – terhadap Yehuda pada masa pemerintahan Yoyakim. Sejarah perjalanan bangsa Israel ataupun Yehuda diwarnai dengan berbagai hal yang mengecawakan Allah. Sebagai umat pilihan Allah, mereka melakukan banyak kesalahan, tentu hal ini sangatlah kontradiktif dengan status mereka itu. Setiap kesalahan tentu ada konsekuensinya. Maka bagi Israel – dan dalam hal ini Yehuda – penjajahan dan pembuangan adalah suatu konsekuensi yang perlu mereka tanggung itu. Pada masa itu, kerajaan Yehuda dihancurkan dan seluruh masyarakat ditawan. Salah satu yang ditawan adalah Daniel. Diceritakan dalam pasal 1 Daniel bersama dengan 3 orang temannya yaitu Hananya, Misael, dan Azarya yang nantinya mereka ini diberi nama lain. Kemudian mereka dibawa ke istana untuk bekerja di dalam istana.

Daniel ini beserta tiga temannya tadi merupakan orang-orang muda. Dalam kemudaan mereka inilah mereka mengalami semua ini. Mengalami penjajahan, pembuangan, ditawan tapi diambil untuk kerja di kerajaan. Kenapa? (pasal 1 ayat 4). Bahkan Daniel terpilih menjadi orang-orang kepercayaan Raja. Ini menjadi tanda bahwa Daniel, juga tiga orang tadi memiliki jiwa yang professional. Ia sudah dipercaya bekerja di kerajaan berarti harus bekerja benar-benar, bertanggung jawab dan setia. Daniel menunjukkan kesetiannya kepada negara. Tidak mungkin seseorang dberi tanggung-jawab yang besar dalam pekerjaan kalau dia tidak setia. Tapi, karena etos kerjanya yang luar biasa, karena kecakapannya dalam bekerja teman-temannya dalam pemerintahan benci kepada Daniel dan berusaha untuk menghancurkan karirnya. Sama saja dengan di Indonesia, iri sama keberhasilan orang lain jadi main sikut-sikutan, saling menjatuhkan. Ternyata hal seperti itu sudah ada dari dulu ya, makanya gak heran kalau banyak yang begitu jaman sekarang ini. Cara mereka menghancurkan Daniel tadi sudah kita lihat di perikop yang kita baca. Daniel tidak boleh berdoa atau memohon kepada siapapun kecuali Raja. Daniel pada titik ini diperhadapkan dengan sebuah godaan., cobaan, imannya sedang digoyahkan, sedang diuji.

Dari kisah Daniel ini, kita dapat mendapati meskipun Daniel yang telah diangkut ke kerajaan yang tidak mengenal Allah mereka, mereka tetap mempertahankan iman dan kepercayaan mereka. Mereka tidak ingin menyangkal apa yang telah mereka imani, meskipun raja dan para pengikutnya telah mencobai mereka agar mereka menyangkal iman percayanya itu.

Namun ketaatan dan kesetiaan yang mereka miliki itu telah memberikan mereka suatu upah yang besar. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego juga telah membuktikan kesucian, kesetiaan dan ketaatan mereka pada Allah. Keselamatan pun kemudian mereka dapatkan. Dapat kita lihat di akhir perikop yang kita baca tadi, Daniel memperoleh kedudukan yang tinggi di dalam pemerintahan. hal yang sama juga dapat kita lihat pada kisah Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Pada akhirnya kita dapat temukan mereka juga memperoleh kedudukan yang tinggi.

Memang tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan kekayaan, kedudukan. Tetapi yang mau saya sampaikan kepada kita semua adalah setia dan taat kepada Allah itu tidaklah sia-sia. Allah tidak akan melupakan kesetiaan dan ketaatan kita, bahkan Ia akan menganugerahkan keselamatan-Nya kepada kita, berkat-Nya kepada kita. Apa saja yang kita dapatkan? Biarlah Allah yang mengaturnya. Melalui firman Tuhan ini kita sebagai pemuda diingatkan agar berani untuk tetap setia dan taat. Daniel, Sadrach Mesakh dan Abednego telah menunjukkan kesetiaannya dan ketaatannya kepada Allah sejak mereka muda. Kesetiaan dan ketaatan itu mereka tunjukkan secara konsisten. Hal ini penting. Iman dan percaya kita perlu ditunjukkan secara berani dan juga konsisten.

Melalui teladan yang kita lihat dari Daniel, juga Sadrach, Mesakh dan Abednego kita dipanggil untuk menjadi pemuda yang berani untuk setia dan taat kepada Allah. Janganlah kita kalah oleh segala hal yang dapat menggoyahkan iman dan percaya kita kepada Allah yang senantiasa memelihara kehidupan kita. Amin.