Minggu, 13 Mei 2012

Tetap bertahan dalam panggilan-Nya



Ada cerita tentang seseorang, sebutlah namanya Abu. Ia sedang mengikuti sebuah perlombaan lari jarak jauh. Karena jarak jauh, jadi mungkin jumlah putaran yang harus ia tempuh cukup banyak. Setelah 10 putaran, akhirnya Abu merasa ia sudah tidak sanggup lagi berlari. Ia merasa sudah sangat lelah dan tidak sanggup lagi. Ia memperlambat larinya dengan nafas yang terengah-engah dan wajah yang nampak pucat dengan tujuan untuk sedikit beristirahat. Beberapa kawannya bahkan ada yang lebih dahulu berhenti berlari dan menyerah karena sudah tidak kuat lagi untuk meneruskan. Pada putaran ke 5, sebetulnya Abu sudah merasa tidak sanggup lagi berlari, namun niat dalam dirinya mendorongnya untuk menyelesaikan lomba tersebut sampai garis finish. Yang ada di dalam benak Abu adalah bukan masalah kalah atau menang saja tetapi ini adalah masalah kekuatan mental untuk bertahan (survive).
Sejauh mana ia memahami dirinya dapat menyelesaikan perlombaan ini sampai titik akhir garis finish.

Saya pun pernah mengalami hal serupa. Ketika itu saya mengikuti perlombaan renang se Kabupaten Karawang. Perlombaan tersebut adalah perlombaan renang antar SMA se-Karawang dan saya dengan beberapa teman lain mewakili sekolah kami. Dalam perlombaan tersebut memang saya tidak berhasil meraihi juara pertama, hanya juara 2 tetapi ketika itu saya berusaha untuk tetap bertahan dan menyelesaikan perlombaan itu. Ketika itu teman-teman saya yang lain sudah lebih dulu berhenti, menyerah karena kelelahan dan saya menyadari mungkin saya tidak akan juara dan yang ada di benak saya saat itu hanya satu yaitu menyelesaikan perlombaan sampai selesai. Sama seperti Abu, yang terjadi pada diri saya saat itu adalah sejauh mana dapat meyakinkan diri saya bahwa saya mampu menyelesaikan tugas itu sampai batas akhir.

Hal ini ternyata juga dialami oleh Daud saat itu. Ia juga menyadari bahwa dirinya sudah ada di ambang batas kekuatannya. Ia sudah berada di batas maksimal dalam menjalani hidupnya ketika ia menjalani pertempuran-pertempuran. Terlebih lagi musuh yang ia hadapi bukanlah musuh yang sepele tetapi musuh yang cerdik, musuh yang juga hebat. Hal ini benar-benar menguras segala kekuatannya, segala pikirannya. Sebagai manusia ia juga merasakan yang namanya putus asa, pasrah terhadap keadaan dan memutuskan untuk menyerah dengan keadaan itu. Daud juga merasakan bahwa tidak ada lagi jalan keluar untuk persoalan yang ia hadapi. Sampai pada akhirnya ia menemukan dan merasakan pertolongan tangan Tuhan dalam hidupnya dan Daud bersyukur atas hal itu. Kemudian ia pun dapat bersukacita.

Hal itu lah yang lebih kurang tergambar dalam bagian Mazmur yang kita baca dan renungkan hari ini. Mazmur 30 ini merupakan mazmur yang isinya adalah sebuah nyanyian syukur, ungkapan syukur sang pemazmur ketika ia boleh merasakan kelegaan, kelegaan yang datangnya dari Tuhan. Ia bersyukur dan bersukacita karena Allah telah memberikannya sebuah kelegaan atas pergumulannya. Awalnya ia mengungkapkan betapa dahsyatnya dan betapa rumitnya, betapa sultnya masalah, bahkan betapa menakutkannya masalah, pergumulan yang selama ini ia hadapi. Tentu kita ingat salah satu Daud harus berhadapan dengan orang-orang Filistin yang mengancam dan menyerang Betlehem sampai akhirnya Daud harus keluar dari istananya untuk menyelamatkan diri. Ini adalah salah satu pergumulan, masalah yang pernah dihadapai Daud. Tentu juga tidak hanya itu, masih banyak hal-hal lain, cerita-cerita lain yang menceritakan pergumulan-pergumulan yang Daud hadapi. Namun demikian, meskipun Daud mengalami dan menghadapi berbagai macam masalah, tetapi toh pada akhirnya ia dapat bertahan dan dapat melalui semuanya itu.
 Di dalam Mazmur inilah kita jumpai ungkapan-ungkapan Daud yang mengisahkan pengalaman-pengalamannya di masa lalu ketika Allah tidak meninggalkannya tetapi juga mengangkatnya dari sumur kematian, lembah kekelaman yang sangat mengerikan. Daud dapat bertahan ketika orang-orang lain tidak dapat bertahan. Tentu saja itu semua, kekuatan yang ia dapatkan, ketahanan yang ia rasakan datangnya dari Tuhan yang senantiasa memberikan kita kehidupan serta pertolongan kepada Daud dan tentu kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.

Dengan keyakinan bahwa Allah akan menuntun kita, Allah akan memberi kita harapan, Allah akan membuat kita selalu dapat berdiri tegak maka kita pun dituntut untuk dapat bertahan dalam keadaan-keadaan sulit dalam hidup kita. Hal ini yang ditunjukkan oleh Daud kepada kita. Daud menunjukkan bahwa dengan keyakinan tadi kita harus bertahan dan keluar dari persoalan. Ini juga yang hendak disampaikan kepada kita semua yang ada di sini. Dengan keyakinan bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita, kita dituntut untuk dapat bertahan akan persoalan yang kita hadapai. Dengan demikian, kita pun kelak akan dapat pula mengungkapkan syukur kita, sukacita kita yang besar kepada Allah, Tuhan kita.

Moncong pesawat terbang, bagian paling depan  pesawat terbang itu terbuat dari apa? Ketika saya cari cari tahu di internet yang menjelaskan bahwa ternyata bagian depannya itu terbuat dari bahan marmer. Ya, marmer, tidak seperti bagian pesawat yang lain. di sumber yang saya dapatkan digunakan marmer karena bagian depan pesawat itu, moncong pesawat itulah yang pertama kali berbenturan keras dengan udara, apalagi dalam kecepatan yang sangat tinggi. Oleh karena itu, karena moncong pesawat itu menjadi bagian paling depan maka dibutuhkan kekuatan yang lebih. Karena itu lah dibutuhkan bahan yang lebih kuat juga, seperti marmer. Bayangkan jika bukan marmer, bayangkan jika bahan yang digunakan sama dengan bagian lain pesawat. Bisa saja yang terjadi adalah pesawat tersebut justru oleng, tidak seimbang atau terjadi hal-hal lain, tetapi yang pasti pesawat itu tidak sekokoh sekarang ini.

Hidup kita ini juga sama seperti itu. Dibutuhkan modal yang kuat agar kita dapat bertahan hidup, bertahan menghadapi masalah, pergumulan, persoalan yang datang silih berganti. Salah satunya, yang paling mungkin paling sering kita jumpai dan alami adalah sulitnya bertahan di dalam panggilan pelayanan kita. ketika kita menjadi pelayan di gereja, ambil saja contoh ketika kita menjadi seorang pengajar sekolah minggu. Tentu tidak setiap minggu berjalan lancar, tidak jarang dan tidak sedikit kita menjumpai persoalan-persoalan yang membuat kita merasa lelah dan tidak lagi mampu, tidak lagi sanggup untuk memenuhi panggilan sebagai guru sekolah minggu. Atau sebagai majelis jemaat, tidak menutup kemungkinan kita kadang merasa tak mampu, merasa beban ini terlalu berat untuk kita. panggilan pelayanan ini ternyata sangat berat untuk dijalani. Perasaan untuk menyerah kadang bisa muncul.  Tentu saya yakin guru sekolah minggu dan majelis jemaat di sini tidak begitu. Saya yakin guru sekolah minggu dan majelis jemaat mempunyai kekuatan yang lebih sehingga mampu bertahan menghadapi setiap persoalan yang muncul. Terlebih lagi, jemaat Cimuning ini boleh dikatakan masih segar, masih on fire karena belum setahun diresmikan menjadi jemaat mandiri. Semoga hal tersebut semangat tersebut dapat terus berkobar sampai titik akhir nanti, entah kapan pun itu.

Tetapi saudaraku terlepas dari itu, sebagai manusia yang terbatas, tentu kita akan mengalami hal-hal seperti itu dalam dunia pelayanan kita. Kami sebagai mahasiswa teologi juga pasti pernah merasa tak lagi mampu bertahan dengan tugas-tugas kampus yang datang terus menerus dan harus dikerjakan, dengan kegiatan-kegiatan kampus lain, belum lagi kegiatan pelayanan. Semua itu kadang membuat kita merasa ragu akan kemampuan kita.

Meskipun demikian, dibalik keyakinan saya akan keraguan yang kita miliki, saya punya keyakinan yang jauh lebih besar daripada itu. Keyakinan itu adalah keyakinan bahwa Tuhan akan memampukan kita untuk melewati semua itu. Sering kita dengar nasehat bahwa Tuhan tidak akan memberikan umatnya beban melebihi kemampuan umatnya tersebut. Saya percaya dan yakin akan hal itu. Buktinya saya mampu bertahan sampai semester 8 di kampus ini. Dan saya pun akan yakin saya akan mampu menghadapi tantangan, pergumulan studi saya ke depan sampai titik akhir nanti. Rekan-rekan saya, kakak-kakak kelas saya yang saat ini sedang mengerjakan skripsinya tentu bisa lebih merasakan.

Yang menjadi perenungan kita bersama pada hari ini, Seberapa yakin kita, bahwa kita dapat melewati semua persoalan hidup kita? seberapa yakin kita bahwa Allah, Tuhan kita akan menolong kita untuk melewati semuanya itu? 

Dan dengan keyakinan itu mari kita seperti halnya Daud  katakan pada diri kita sendiri, bahwa saya tidak akan goyah, saya akan bertahan untuk selama-lamanya demi kemuliaan nama Tuhan. Sehingga akhirnya kita dapat bersukacita di garis finish. TUhan yang akan memampukan kita. AMIN.