Jumat, 19 Februari 2010

Ekspansi Eropa dan Ekspansi Kekristenan Pada Masa Modern Perdana

Oleh: Gledi Manarisip, Judistian P. Hutauruk, Prajna S.P
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Agama Kristen 2 di STT Jakarta yang diampu oleh Pdt. Drs. Yusak Soleiman.

Pendahuluan

Setelah kita belajar tentang masa modern perdana dari pelajaran yang lalu, kita akan melanjutkannya dengan masa ekspansi. Masa modern perdana antara lain adalah masa penemuan-penemuan mesin sederhana pembantu kerja manusia. Dari hasil perkembangan ilmu pengetahuan ini, bangsa Eropa mulai berpikiran untuk menjelajahi dunia ini. Akibat dari pengetahuan baru yang mempelajari bahwa ternyata bumi itu bulat, penemuan magnet sebagai pembantu alat navigasi pelayaran (kompas), bubuk mesiu (gunpowder), dan pengetahuan kapal layar menambah perbekalan bagi bangsa Eropa untuk siap mengarungi ganasnya samudera raya.

Kali ini kelompok akan membicarakan masa ekspansi Eropa ke Barat (Amerika Selatan) dan ke Timur (Asia). Ekspansi ini pastinya akan menimbulkan dampak, baik dampak bagi daerah yang diekspansi dan di daerah asalnya yaitu Eropa. Hal lain yang terjadi bersamaan dengan ekspansi adalah proses penginjilan yang dilakukan oleh “rombongan” ekspansi tersebut ke “dunia baru” yang non-Kristen.

Ekspansi Ke Barat
Ekspansi bangsa Eropa di seluruh dunia dicatat dalam sejarah dan diawali dengan sebuah angka yang sangat terkenal, yaitu 1492. Orang pasti langsung berpikir tahun “ditemukannya” benua Amerika oleh Columbus, seorang yang lahir di Bologna daerah Italia. Hal itu menjadi pemicu bagi bangsa-bangsa Eropa yang lain untuk menjelajahi dunia ini.dimulai dengan ekspansi bangsa Spanyol ke daerah pesisir Amerika Selatan yang ternyata telah didiami oleh penduduk setempat berabad-abad lamanya yaitu suatu suku bangsa yang diberi nama oleh Columbus, ketika mendarat di benua Amerika, dengan sebutan suku Indian.
Implikasi dari ekspansi bangsa Eropa, baik ke Timur atau pun Barat (juga akibat dari pemikiran reformasi) tidak langsung adalah kecenderungan sikap yang semakin individualis. Hal itu antara lain dianut oleh Protestanisme yaitu keselamatan adalah bersifat individu. Oleh karena itu selain mengaku percaya dengan dibaptis, orang juga harus membaca Alkitab (sehingga timbul proyek penerjemahan Alkitab). Karena itu dampak dari kaum pedagang yang individualis, membeli tanah-tanah para kaum feodal menjadi milik pribadi, sehingga para petani yang menggarap tanah para kaum feodal menjadi pengangguran dan membuat Di daerah asal, Eropa, muncul golongan atau kelas masyarakat baru, yaitu pedagang (merchants) yang merupakan cikal bakal kaum kapitalis. Sebelum tahun 1500-an kehidupan sosial dan ekonomi masih dipegang oleh kaum feodalis (para tuan tanah).
Sementara itu dampak bagi daerah baru yang dijelajahi adalah semakin terpinggirkannya penduduk asli oleh kaum pendatang Eropa. Para pendatang yang ke Amerika Selatan ini tidak membawa istri-istri mereka, sehingga terjadilah perkawinan campur (interacial marital) antara pria-pria pendatang dengan perempuan-perempuan, entah penduduk asli atau budak. Hal lain yang menjadi dampak yang sampai sekarang kita tahu bahwa suku bangsa kulit merah Indian “hampir” punah.
Pada awalnya suku Indian memiliki kepercayaan terhadap berhala, percaya kepada dukun dan masih menjalankan berbagai tradisi kepercayaan masyarakat setempat. Ordo Fransiskan datang untuk mengambil alih kekuasaan di wilayah Maya di Yucitan tanpa menggunakan senjata. Usaha ini berhasil dilakukan dengan membuat sekitar 200.000 orang menjadi tunduk kepada mereka. Namun demikian, penaklukan ini tidak sepenuhnya berhasil karena masih ada sebagian masyarakat yang melakukan tradisi masyarakat setempat dengan diam-diam. Hingga akhirnya, pada tahun 1562 ordo Fransiskan mengeluarkan inkuisisi yang mengakibatkan 4.500 orang India disiksa dan dalam waktu tiga bulan terdapat 158 orang meninggal.
Metode yang digunakan oleh negara-negara asia terlihat sangat tidak religuis melainkan sangat merakyat karena mereka bergerek melalui orang-orang kecil
Pembantaian besar-besaran dilakukan saat Cortez melakukan penaklukan di Amerika Selatan, sehingga pada masa itu penduduk aslinya berkurang sejumlah 125.000 hingga setengah juta jiwa. Bersamaan dengan kaum ekspansionis, para misionaris pun menjalankan misinya melakukan penyebaran agama Kristen kepada para penduduk setempat.
Bangsa Eropa yang mengekspansi Amerika Selatan pada masa ini adalah bangsa Spanyol dan Portugal, yang merupakan bangsa beragama Katolikl. Oleh karena itu yang melakukan tugas misionaris adalah kaum Katolik yang berordo Fransiskan, Dominikan, dan Jesuit.Pembagian kekuasaan dengan menarik garis ilusi, sehingga Amerika Selatan terbelah dua, Brazil dikuasai Portugal dan sisanya oleh Spanyol.
Selain itu banyak sekali para penjelajah, baik Spanyol atau Portugal yang mengikuti ekspedisi untuk mengekspansi “dunia baru” salah satunya adalah Vasco Balboa yang menjelajahi Kuba dan Kolombia.

Ekspansi Ke Timur

Selain bergerak ke Barat, yaitu menuju benua Amerika. Bangsa-bangsa Eropa juga bergerak ke arah Timur. Ekspansi kekritenan di Timur menjadi lebih intensif dibanding dengan abad sebelumnya. Bangsa-bangsa timur tersebut diantaranya adalah:
Filipina
Filipina adalah salah satu negara di Asia yang dikunjungi oleh bangsa Eropa, yaitu Spanyol. Filipina melakukan ekpansi Kekristenan pada masa modern perdana. Pada masa itu, kekristenan sedang berada dalam persaingan langsung dengan agama Islam. Kedua agama tersebut berusaha untuk melakukan perluasan agama di Filipina, misalnya membangun tempat-tempat ibadah. Namun demikian, letak keduanya sangat berjauhan antara wilayah Kekristenan dan ekspansi Islam. Keadaan seperti ini akan sangat menghambat gereja dalam menerapkan beberapa pelajaran dan pengetahuan yang telah diperoleh di negara Amerika, salah satunya dengan mengajar hanya dengan menggunakan bahasa asli. Hal ini dilakukan agar dapat merebut kekuasaan secara perlahan, untuk membentuk struktur kekuatan penguasaan.
Augustinian merupakan seorang biarawan yang melakukan ekspansi di Filipin. Pada tahun 1617 di Manila, Augustinian memberikan sakramen rekonsiliasi kepada para reformis yang tidak senang dengannya. Dalam menjalankan misinya Augustinian mendapatkan hambatan dari masyarakat. Hambatan tersebut ialah masyarakat yang masih menyembah berhala. Dalam usaha lima tahun pertama misi ini berhasil. Augustinian dengan membabtis kurang lebih 100 orang. Kemudian setelah dua puluh lima tah un, jumlah misionaris semakin bertambah banyak dari 13 orang menjadi 267 misionaris dan jumlah orang-orang yang bertobat sebanyak 288.000 orang.
China
Pada abad ke-16 bangsa Eropa melalui kaum Yesuit melakukan ekspansi ke negara Asia lainnya, yaitu China. Namun demikian, pendekatan yang dilakukan oleh bangsa Eropa di negara China berbeda dengan metode pendekatan yang dilakukan oleh Eropa di negara Amerika dan Spanyol. Perbedaannya ialah pendekatan yang dilakukan di negara Amerika dan spanyol lebih bersifat ‘memberantas’ namun pendekatan yang dilakukan bangsa Eropa di China lebih bersifat ‘kompromi’ dan secara bertahap, tidak langsung menyebarkan Injil. Dengan kata lain, metode pendekatan yang digunakan dalam ekspansi kekristenan di negara China dilakukan dengan cara beradaptasi dengan berbagai tradisi kebudayaan masyarakat setempat. Sebagai contoh, tradisi yang dilakukan ialah melakukan upacara-upacara penyembahan roh nenek moyang. Metode pendekatan ini dilakukan karena di dalam negara China terdapat banyak kerajaan besar dan kebudayaannya juga sangat tinggi sehingga sulit untuk melakukan ekspansi kekristenan maka harus dilakukan secara bertahap.sebagai China juga merupakan negara yang superior, misalnya Pada tahun 1521 dan 1522 ketika orang-orang Portugis berusaha memperluas penguasaanya di China, negara China dengan tegas mengalahkannya dengan angkatan perang. Pada awalnya para misionaris melakukan pendekatan dengan para penguasa dan pemimpin negara China. Metode yang dilakukan ini mempermudah dalam menjalankan ekspansi kekristenan di negara China karena dengan mendekati dan menaklukan para penguasa negara maka sacara otomatis masyarakat akan tunduk dan mengikuti pemimpin negara mereka. Metode lain yang dilakukan Eropa dengan menghilangkan segala macam ritual-ritual keagamaan yang ada sejak awal di dalam masyarakat dan mengubahnya dengan cara berdoa kepada Tuhan.
Jepang
Sedangkan di negara Jepang pesan Kristen awalnya diterima secara antusias atau diterima dengan baik. Namun demikian, pada masa Tokugawa, tahun 1639 negara Jepang berusaha untuk menutup diri. Mereka menganut paham Sokoku, yaitu tertutup dari hal apapun dan bertujuan agar menutup diri dari segala pengaruh dari luar, yaitu bangsa-bangsa barat. Pada tahun Bangsa-bangsa barat yang berusaha masuk adalah Belanda, Inggris dan Portugal 1579). Oleh karena itu para misionaris yang datang menggunakan metode yang tidak jauh berbeda dengan negara China, yaitu dengan berusaha untuk menyesuaikan dengan kebudayaan setempat. Maka para misionaris harus masuk atau melakukan pendekatan dengan cara diam-diam. Namun demikian, para misionaris gagal dan meraka dibunuh secara masal pada tahun 1614. Hingga pada akhirnya sejak tahun 1614 hingga abad ke 19 negara Jepang tidak dapat ditembus oleh misionaris.



PENGINJILAN DI ASIA


Fransiskus Xaverius
Lahir di Navarre tahun 1506. Ia diperintahkan Ign. Loyola di Paris untuk menjadi misionaris di India. Pertama kali ia sampai di Goa. Metode yang ia pakai dalam menyebarkan Injil ada dua. Pertama dengan mengajarkan pokok-pokok ajaran penting dalam agama Kristen kepada masyarakat setempat. Seperti yang ia lakukan di salah satu desa di selatan India (desa Travancore), ia mengumpulkan semua laki-laki dan anak-anak untuk diajarkan Doa Bapa Kami, Doa Salam Maria, Pengakuan Iman Rasuli, Sepuluh Perintah Allah, dan lain-lain. Berawal dari sini, kemudian banyak orang akhirnya berhasil di baptis olehnya. Metode yang kedua adalah dengan mempelajari bahasa, kebudayaan, peradaban setempat. Dengan cara ini ia dapat mendekati masyarakat setempat dan menyebarkan ajaran Kekristenan di sana. Hal ini ia lakukan ketika ia hendak melakukan penginjilan di Jepang. Ia mempelajari kebudayaan Jepang dan mempelajari bahasa Jepang.

Robert de Nobili
Ia adalah seorang Jesuit Italia. Tiba di India tahun 1605. Ia menetap di Madura, daerah di selatan India selama lima tahun. Di sana ia belajar bahasa Tamil dan bahasa Sansekerta. Ia menolak untuk bergabung dengan koloni Portugis. Metode yang dipakai olehnya adalah dengan mengadopsi adat istiadat setempat dan menginkulturasi kekristenan ke dalam budaya setempat. Ia juga mengabaikan ritus-ritus yang dianggap bertentangan dengan adat istiadat masyarakat India. Nobili mengadopsi gaya hidup kasta Brahmana dan mempertahankan budaya kudumi (tidak memotong rambut) dan ia juga ikut memakai korset. Beberapa misionaris lain ada yang mengikuti metode ini tapi ada yang memilih untuk mengikuti gaya hidup kasta yang lebih rendah seperti kasta Pandara. Metode Nobili ini menimbulkan pertentangan di antara beberapa misionaris lainnya dan hal ini sampai ke Roma. Pada tahun 1623, Paus akhirnya menerima modifikasi metode yang dibuat oleh Nobili ini.

Mateo Ricci
Tidak jauh berbeda dengan Nobili, ia mempelajari bahasa dan peradaban Cina. Di tengah banyaknya agama-agama yang ada di Cina, baginya Konfusianisme merupakan yang paling dekat dengan kekristenan dibanding dengan agama Cina lainnya. Oleh karena itu, ia mengadopsi pakaian dan cara hidup para ulama di sana. Ia juga membuat tulisan yaitu True Exposition of the Doctrine of Heaven yang berisikan jaran-ajaran Katolik dalam bahasa Cina.

Alexander de Rhodes
Ia melakukan penginjilan di Vietnam pada tahun 1626 di Tonkin dan Annam. Setahun setelah kedatangannya ia telah mampu untuk berkotbah dalam bahasa lokal. Menurutnya jika para misionaris sudah bisa mengusai bahasa lokal dan mengetahui budaya lokal maka akan mudah untuk menyebarkan Injil.

PENERJEMAHAN ALKITAB

Beberapa tahun setelah kedatangan orang-orang Belanda ke Nusantara, penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu sudah dimulai. Penerjemahan pertama kali dilakukan oleh Ruyl, seorang pedagang Belanda. Yang pertama kali diterjemahkan oleh Ruyl adalah Injil Matius yang kemudian diikuti oleh Injil Markus. Penerjemahan dilanjutkan oleh Jan van Hasel dan Heurnius dengan menerjemahkan Lukas, Yohanes, Kisah Para Rasul dan lainnya. Pada tahun 1668, seorang pendeta bernama Brouwerious berhasil menerjemahkan dan mencetak seluruh Perjanjian Baru ke dalam bahasa Melayu. Penerjemahan berlanjut ke penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Melayu Tinggi yang dilakukan oleh Leijdecker atas permintaan majelis gereja di VOC. Tidak berhenti di situ, Johannes Emde juga menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Melayu Rendah. Ia melakukan penerjemahan ini karena merasa terjemahan dari Leijdecker masih terlalu sulit untuk dimengerti karena banyak menggunakan bahasa-bahasa asing yang sulit untuk dimengerti. Karena hal ini juga Lembaga Alkitab Belanda saat itu mengangkat Klinkert sebagai penerjemah Alkibat bahasa Melayu. Alkitab Klinkert selesai pada tahun 1879. Terjemahan Alkitab dalam bahasa Melayu yang terakhir adalah dalam bahasa Melayu Baba yang dikerjakan oleh Shellabear beserta Chew Chin Yong dan Suleiman.
Swellengrebel membedakan empat macam bahasa Melayu yaitu 1. bahasa Melayu, bahasa negeri asal, dipakai di Selat Malaka, 2. bahasa Melayu tulisan yang penyebarannya lebih luas, tetapi masih satu keluarga, 3. bahasa Melayu setempat dengan berbagai variasinya, dipakai di daerah-daerah, yang dipergunakan sebagai lingua franka dan 4. bahasa Melayu pasar dengan bentuk paling sederhana dan paling banyak campurannya.
Sesuai dengan ajaran Kristen sola scriptura yang berarti keselamatan itu ada di dalam Alkitab, maka Alkitab itu perlu dimengerti dan bisa dibaca oleh semua pemeluk Agama Kristen. Untuk itu proyek-proyek penerjemahan Alkitab banyak dilakukan. Para misionaris Barat yang melakukan penginjilan ke bangsa-bangsa lain juga melakukan penerjemahan teks-teks Alkitab ke bahasa setempat. Di Asia, dipilih bahasa Melayu karena saat itu bahasa Melayu adalah bahasa perdagangan, tidak hanya di Nusantara namun juga di jalur perdagangan Asia. Bahkan orang-orang Eropa yang melakukan perdagangan di Asia juga menggunakan bahasa Melayu. Dengan menguasai dan memahami bahasa setempat akan memperlancar proses penginjilan yang dilakukan para misionaris.






Tabel Kronologis

Nicolaus Copernicus (1473-1543)
pencetus teori heliosentri dalam bukunya tentang revolusi benda-benda langit yang terbit 1543.

Christopher Columbus (1492),
“menemukan” benua Amerika

Johannes Kepler (1571-1630)
menerbitkan tulisan “Astronomi Baru (1609)”, yang memperlihatkan hukum-hukum pergerakan planet bahwa orbitnya berbentuk elips.

Galileo Galilei (1564-1642),
menemukan teleskop dan jam bandul, karya-karya utamanya “Dialog tentang Dua Sistem Dunia Yang Utama: Ptolemius dan Copernicus (1632)” dan “Diskursus tentang sains yang Baru (1638)”.

Fransisco Pizarro (1478-1542)
Berusaha mengalahkan suku Inca
Peter Ghent (1529)
Misionaris Fransiskan membaptis ribuan orang suku Indian
Batholomew de Las Casas (1484-1566)
Pembela dan melindungi hak masyarakat Indian. Hasilnya adalah dengan dihapuskannya perbudakan oleh raja Spanyol.
Augustianian
Tahun 1617 di Manila, Augustinian memberikan sakramen rekonsiliasi kepada para reformis yang tidak senang dengannya. Hambatan yang dihadapi ialah masyarakat yang masih menyembah berhala. lima tahun pertama misi ini berhasil. Augustinian membabtis kurang lebih 100 orang. Setelah 25 tahun, jumlah misionaris semakin bertambah banyak dari 13 orang menjadi 267 misionaris dan jumlah orang-orang yang bertobat sebanyak 288.000 orang.
Kaum Yesuit
Abad ke-16 bangsa Eropa melalui kaum Yesuit melakukan ekspansi ke negara China. Melakukan pendekatan dengan melakukan adaptasi dengan kebudayaan masyarakat setempat. Metode lain, dengan mendekati para pemimpin dan penguasa negara. menghilangkan segala macam ritual-ritual keagamaan dan mengubahnya dengan cara berdoa kepada Tuhan.
Tahun 1562, mengeluarkan inkuisisi kepada di negara India yang mengakibatkan 4.500 orang India disiksa dan dalam waktu tiga bulan terdapat 158 orang meninggal.
Tahun 1562 ordo Fransiskan mengeluarkan inkuisisi yang mengakibatkan 4.500 orang India disiksa dan dalam waktu tiga bulan terdapat 158 orang meninggal.
Periode Tokugawa (1639)
Tahun 1639 jepang menganut paham Sokugawa (menutup disi dari pengaruh luar)
Tahun 1579 Bangsa Portugal datang ke Jepang
Tahun 1614 para misionaris dibunuh secara masal
Fransiskus Xaverius, 1542 sampai di Goa. 1545 melakukan penginjilan di India. 1549 sampai di Jepang
Alexander de Rhodes, 1626 tiba di Tonkin dan Annam untuk melakukan penginjilan di Vietnam.
Robert de Nobili, 1605 tiba di India. Ia mempelajari bahasa lokal dan melakukan penginjilan dengan caranya yang unik.
Mateo Ricci, 1583 tiba di Cina bersama Michael Ruggieri.
Albert Conelisz Ruyl, 1612-1629 menerjemahkan Injil Matius ke dalam bahasa Melayu. 1638 terjemahan Injil Markus yang ia buat diterbitkan
Brouwerious, 1668 menerjemahkan seluruh Perjanjian Baru.
Leijdecker, 1691 menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu Tinggi.
Johannes Emde, 1835 memperbaharui Alkitab Leijdecker karena bahasanya dianggap terlalu tinggi.
Klinkert, 1863 ditugaskan Lembaga Alkitab Belanda untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu. 1879 Alkitab terjemahan Klinkert selesai diterjemahkan.
Shellabear beserta Chew Chin Yong dan Suleiman tahun 1907 bersama-sama menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Melayu Baba, kemudian diterbitkan pada tahun 1913.













Daftar Pustaka

Comby, Jean. How To Read Church History Vol. 2 From the Reformation to the present day.
New York: Crossroad, 1985.
Collins, Michael and Price, Matthew A. The Story of Christianity. Yogyakarta : Kanisius, 2006
Cragg, Gerald R. The Age Reason 1648-178,Penguin Books: England, 1987
Fernandez-Armesto, Felipe. Millenium, Bantam Press: London, 1995
Groeneboer, K. Jalan ke Barat – Bahasa Belanda di Hindia Belanda 1600-1950. Jakarta :
Erasmus Taalcentrum, 1995
Hobson, John M. The Eastern origins of Western Civilization. Cambridge: Cambridge University
Press, 2005
Mannion, Gerard and S,Lewis (Editor). Mudge.The Routledge companion to the Christian
church, New York Routledge, 2008
Reilly, Kevin. The West and the World volume 2. New York: Harper & Row Publisher, 1980

Internet :
http://www.sarapanpagi.org/sejarah-penerjemahan-alkitab-dalam-bahasa-melayu-indonesia-vt129.html diakses pada tanggal 18 Februari 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar