Senin, 18 Juli 2011

Moses, From Zero to Hero

Keluaran 2:1-10


Kalau kita membaca Kitab Keluaran atau mendengar Kitab Keluaran apak yang langsung muncul di benak kita? Tentu yang kita ingat adalah penyelamatan umat Israel oleh Allah dari perbudakan di Mesir. Kita ingat bahwa orang-orang Israel ditindas di Mesir, salah satunya adalah ketika Firaun memerintahkan para bidan seperti Sifra dan Pua untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari perempuan Ibrani. Namun rencana itu gagal. Tidak sampai di situ, ternyata Firaun masih belum puas. Ia kemudian menyuruh orang untuk melemparkan semua anak laki-laki yang lahir ke dalam sungai. Tentu dengan harapan bahwa anak-anak laki-laki itu akan hanyut, tenggelam dan mati.
Selain itu, yang kita ingat dari kisah ini juga adalah sang pahlawan yang muncul. Sang pahlawan yang disebut “penyelamat dari air”. Itulah Musa yang kemudian menjadi pahlawan bagi bangsa Israel keluar dari penindasan bangsa Mesir.

Kejadian 2: 1-10 membicarakan bagaimana Musa lahir. Bukan mengenai proses kelahirannya, tetapi bagaimana keadaan saat Musa dilahirkan. Musa lahir di tengah-tengah kondisi yang dapat dikatakan kurang beruntung. Kita dapat coba bayangkan jika anak kita lahir di tengah-tengah keadaan perang misalnya, keadaan tidak kondusif, berbahaya bahkan mengancam keselamatan anak kita yang baru lahir. Bukan mustahil kita akan sedih. Kita akan bertanya-tanya, mengapa anak kita harus lahir di tengah-tengah kondisi seperti itu.

Mungkin saja hal itu juga dirasakan oleh Yokhebed, ibu Musa. Sebagai ibu tentu ia tidak tega anaknya yang baru dilahirkannya harus diambil dan dibuang ke sungai untuk dibunuh.



Hal yang menarik dan juga penting untuk kita renungkan adalah:
# Pertama adalah sikap sang ibu bayi ini. Ia tidak membawa anaknya keluar dari Mesir. Meskipun terancam, ia tidak melarikan anaknya ke daerah lain. Kalau hal itu terjadi di Cianjur misalnya, mungkin kita akan membawa anak kita ke luar kota, ke daerah yang aman. Tetapi tidak dengan Yokhebed. Ia tidak membawa anaknya pergi ke luar daerah.
Akan tetapi juga ia tidak menyerahkan anaknya untuk dibuang ke sungai untuk dibunuh. Sebagai seorang ibu tentu ia tidak tega melakukan hal tersebut kepada darah dagingnya sendiri. Yang dilakukan oleh sang ibu justru menghanyutkan bayi itu di dalam sebuah peti dan ditaruh di tengah-tengah teberau di pinggiran sungai Nil. Teberau itu adalah rumput tinggi yang banyak tumbuh di pinggiran sungai Nil. Ia menaruhnya di sana dengan harapan anaknya akan ditemukan oleh perempuan-perempuan Mesir.
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar anaknya dapat tetap hidup.

# Kedua adalah bayi Musa pada akhirnya selamat. Bahkan yang menyelamatkannya ternyata adalah putri Firaun sendiri. Putri Firaun tahu mengenai perintah ayahnya untuk membunuh anak laki-laki. Dan di satu sisi, putri Firaun itu juga tahu bahwa bayi yang ditemukannya adalah bayi orang Ibrani. Ternyata putri Firaun mau mengambilnya, mengurusnya dan mengangkatnya sebagai anak. Artinya apa?
Kalau kita melihat hal ini mungkin kita dapat mengatakan bahwa “senjata makan tuan”. Usaha Firaun untuk membunuh semua anak laki-laki dari orang Ibrani digagalkan oleh anaknya sendiri.

Siapa yang menyangka di kemudian hari Musa akan menjadi seseorang yang hebat? Ayah ibunya pasti tidak menyangka demikian. Di tengah-tengah kehidupan mereka saat itu yang nyaris tanpa harapan. Hidup di tengah-tengah penindasan di Mesir, mereka tidak pernah menyangka sama sekali. Kita pun kalau ada di sana saat itu tidak akan menyangka kalau nantinya Musa akan menjadi penolong bagi bangsa Israel. Bayi Musa yang tadinya sempat terancam karena perintah Firaun justru menjadi seorang pahlawan yang menyelamatkan bangsa Israel. Oleh karena itu lah tadi saya mengatakan sang pahlawan, penyelamat dari air.

Dari kedua hal menarik tadi yang ada dalam perikop ini, dapat disimpulkan bahwa ternyata dari sebuah keadaan atau kondisi yang tidak baik atau buruk menurut kita dapat timbul sesuatu yang baik. Dari sebuah situasi yang buruk dapat menghasilkan hasil yang baik. Situasi atau keadaan saat Musa lahir sungguh tidak baik, ia lahir di tengah-tengah kondisi yang buruk. Namun demikian, pada akhirnya ia menjadi seorang penolong bagi bangsanya. Ia dipakai Tuhan dengan sangat luar biasa. Ia menjadi sesuatu yang baik, bahkan sangat baik.

Begitu juga dalam kehidupan kita, kadang kala atau bahkan seringkali kita menemukan keadaan-keadaan atau situasi-situasi dalam kehidupan kita yang kita katakan ini adalah situasi buruk dalam hidup saya, atau ini adalah titik terburuk dalam kehidupan saya.
Nah, di dalam keadaan seperti itu, apa yang mau dikatakan kepada kita?

Ketika kita diperhadapkan dengan sebuah keadaan yang buruk, pasti kita akan bertemu dengan dua pilihan. Apakah kita mau mengeluh dan membiarkan keadaan buruk itu terus ada pada kita? Jika itu pilihan kita, maka kita akan menjadi orang yang mudah menyerah, mudah hancur, hidup kita sangat menyedihkan.
Pilihan yang kedua adalah apakah kita mau berjuang menghadapi keadaan buruk tersebut? Kalau yang ini pilihan kita, maka kita akan menjadi orang yang hebat, kuat, tahan uji, kokoh. Ada sebuah ungkapan BADAI PASTI BERLALU. Kalau kita mau, kita pasti bisa melewati setiap badai cobaan dalam kehidupan kita.

Jika kita perhatikan lagi, ternyata Tuhan tidak jahat kepada Musa yang lahir di tengah-tengah keadaan yang tidak baik, tetapi justru Allah aktif dalam kehidupan Musa sejak ia dilahirkan sampai ia menjadi pahlawan.
Pepatah yang mungkin cukup tepat untuk menggambarkan hal ini adalah:

FROM ZERO TO HERO, FROM NOBODY TO SOMEBODY, FROM NOTHING TO SOMETHING

dari sesuatu yang tidak ada apa-apanya menjadi sesuatu yang sangat berarti, menjadi sesuatu yang berharga di mata Tuhan.


Jadi, Firman Tuhan kali ini ingin mengingatkan kepada kita bahwa Tuhan membentuk kita tidak hanya dari hal-hal yang baik saja, tetapi juga dari hal-hal terburuk sekalipun dalam hidup kita. Situasi-situasi sulit dalam hidup kita pun menjadi sarana Tuhan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik. Tinggal kembali kepada kita, apakah kita mau, apakah kita siap untuk menerima pembelajaran hidup dari Tuhan lewat segala cara yang Tuhan punya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar